Salam

Selamat datang di blog "Kesejukan Hati". Semoga hati Anda bertambah sejuk setelah membaca.

Jumat, 16 Januari 2009

GURU DAN KETERPURUKAN PENDIDIKAN


Kita diingatkan petuah Ki Hajar Dewantara bahwa hakikat pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dari sini tampak jelas bahwa kehadiran seorang anak dalam kancah dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konteksnya sebagai bagian dari alam dan kehidupan masyarakat. Namun, akibat pemahaman yang keliru terhadap hakikat pendidikan, potensi anak-anak justru dikerangkeng dan dipenjara, serta dijauhkan mereka dari konteks kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.

Itulah sepenggal paragraf Sawali Tuhusetya dalam blognya. Apa yang dikatakan Sawali ini sungguh menarik dan wajib direnungkan oleh para guru. Bukan hanya isi hakikat pendidikan yang disampaikan Ki Hajar, melainkan juga sikap kita sebagai guru. Jangan-jangan kita adalah salah satu yang kelirutafsir terhadap hakikat pendidikan. Atau bahkan sama sekali tidak mengetahui apa hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Jika demikian yang terjadi, guru yang seharusnya digaji untuk memberdayakan anak-anak bangsa, justru menjadi ujung tombak keterpurukan pendidikan di Indonesia.

Saat ini pendidikan Indonesia memang sedang terpuruk. Atau bisa dikatakan sedang sakit. Dan sakitnya sudah cukup parah. Sebab bukan satu jenis yang diderita, melainkan sudah mengalami komplikasi yang akut. Sakit yang menggerogoti tubuh pendidikan ini membuat bangsa ini tertatih-tatih untuk bersaing dengan negara-negara lain. Sawali mengutip laporan UNESCO (2007) yang menyebutkan peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Education Development Index (EDI) Indonesia hanya 0.935 yang berada di bawah negeri jiran kita Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Keadaan ini mengancam masa depan bangsa karena dalam era global bangsa kita tidak memiliki daya saing dengan bangsa lain.

Pertanyaan reflektifnya adalah apa yang bisa diperbuat guru untuk bangkit dari keterpurukan pendidikan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar